Pulau Bangkaru, pulau seribu penyu

Ragam - Pariwisata
Kepulauan Banyak adalah satu kecamatan di Kabupaten Aceh Singkil. Untuk mencapai Pulau Bengkaru, setiap orang harus menuju Singkil terlebih dahulu. Perjalanan dari Medan bisa ditempuh dengan angkutan umum sekitar 8 jam. Ada juga Nusa Buana Air yang menyediakan penerbangan ke Singkil, tapi hanya 2 kali seminggu, Sabtu dan Senin pagi. Dan setiap pengunjung diwajibkan mengkonfirmasi terlebih dahulu ke Yayasan Pulau Banyak (YPB).
Tahun 2006, Maggie Muurmans, seorang ahli penyu dari Belanda dan Mahmud Bengkaru menghidupkan kembali Yayasan Pulau Banyak yang sempat mati suri akibat tsunami dan konflik berkepanjangan di bumi Aceh Darusalam. Dengan menggaet beberapa rekan kerja baru dan didukung LSM Yayasan Eko Lestari (YEL) yang berbasis di Medan dan Paneco –salah satu LSM berbasis di Swiss, mereka menggiatkan kembali kegiatan konservasi penyu dan ekowisata di pulau Bengkaru.

Tujuannya tidak lain untuk menjaga dan melestarikan kehidupan penyu hijau yang diambang kepunahan akibat terjaring nelayan, perdagangan telur penyu, para pengkonsumsi daging penyu, dan orang-orang yang menjadikan penyu sebagai hiasan/cinderamata. Belum lagi ulah manusia yang membuang sampah ke laut seperti gabus atau plastik yang mengakibatkan kematian bila termakan oleh tukik (anak penyu).

Untuk mencegah kepunahan tersebutlah, organisasi ini memberikan penyuluhan kepada masyarakat, mengadakan workshop, pertemuan dengan tokoh masyarakat hingga membuat program pendidikan di sekolah untuk melestarikan sumber daya alam sekitar. Selain itu mereka juga menyediakan tempat bagi mahasiswa lokal maupun internasional untuk melakukan penelitian di pulau tersebut sebagai sukarelawan.

Masuk ke pulau konservasi penyu ini dikenakan biaya karena termasuk wilayah konservasi. Biayanya biasanya per paket. Termasuk dalam paket ini menginap 3 hari 2 malam, makan 3 kali sehari, dan transportasi antar jemput. Kesempatan 3 hari 2 malam tersebut diberikan agar mendapat kesempatan melakukan patroli penyu di malam hari.

Penyu yang singgah di pulau ini biasanya penyu hijau, tapi bila sedang musim, penyu sisik dan penyu belimbing, yang disebut 'nenek moyangnya penyu' juga kerap mampir. Satu keberuntungan yang luar biasa bila Anda bisa bertemu dengan penyu belimbing ini.

Biasanya, patroli dilakukan setelah makan malam, sekitar pukul 8 malam. Sepatu, senter, dan jaket merupakan peralatan yang wajib dibawa. Dan yang tidak boleh lupa, snack dan air minum tentunya. Kalau sampai lupa membawanya, dijamin waktu menunggu terasa semakin lama karena yang bisa dilakukan disana hanyalah menunggu dan menunggu.

Saat tiba di Pantai Penyu/pantai Amandangan pun senter harus dimatikan, karena penyu sangat sensitif terhadap cahaya. Mereka bisa mengurungkan niatnya untuk mampir jika melihat cahaya dari arah pantai. Kalau cukup beruntung, kita bisa melihat hingga 5 ekor penyu hijau dari 7 penyu yang singgah. Jika sedang musim (November- Maret) patroli bisa dilakukan 2 shift hingga pagi.

Di sini pula petugas berkesempatan memberi tagging. Tag ini bertuliskan nomor sehingga memudahkan pendataan apabila penyu ini kembali ke pantai Amandangan. Tagging ini juga memberi informasi batas terendah dari populasinya. Informasi ini akan menolong melindungi penyu. Selain diberi tagging, penyu ini juga didata, diukur panjang lebarnya, penyu yang ke berapa singgah ke pantai, apa yang ia lakukan, dan jumlah telurnya. Bagi penyu belimbing, micro chip diimplant agar memudahkan pengidentifikasian di negara-negara lain yang disinggahinya seperti Madagaskar dan India.

Seekor penyu hijau bisa mencapai panjang 80-90 cm dengan lebar 70-80 cm. Lain halnya dengan penyu belimbing yang bisa mencapai panjang hampir 2 meter. Penyu dalam 1 periode ( 2 minggu) bisa singgah di pantai 4 sampai 6 kali. Tidak di setiap persinggahan penyu-penyu ini bertelur, biasa hanya 2 kali persinggahan. Penyu bertelur setelah usia 25 tahun dan sekali bertelur bisa menelurkan 100-150 butir telur. Dari sekian banyak telur yang menetas, tidak semua bertahan hidup. Biasa hanya 2-3 ekor yang bertahan.

Banyak faktor yang mengakibatkan tukik- tukik ini tidak bisa bertahan. Faktor tangan manusia, faktor alam, seperti biawak yang memakan tukik ketika berjalan menuju pantai, kepiting yang membunuh di pinggiran pantai, ikan kerapu dan ikan hiu yang menjadi predator di laut, dan juga faktor alam menjadi penyebabnya. Nah, fungsi petugas YPB inilah menjaga tukik-tukik yang menuju ke pantai dari serangan biawak, elang ataupun kepiting.

Biasanya tukik menetas di pagi hari. Di Bengkaru ini Anda bisa melihat tukik-tukik keluar dari sarangnya, berjalan berlomba menuju laut lepas. Menariknya, anak- anak penyu ini adalah penyu- penyu liar, bukan dari penangkaran. Sungguh pemandangan luar biasa.


Editor: FAZARIS TANTI
(dat03/luxo)